Pertanyaan yang sangat penting dan mendasar. Jawaban singkatnya adalah:
Ya, Anda harus sangat takut dan menghindari sampai terlibat dalam sumpah atau doa Mubahala (الْمُبَاهَلَة), karena ini adalah konsekuensi spiritual yang paling serius dan berisiko tinggi.
Namun, ketakutan ini bukanlah ketakutan yang irasional, melainkan rasa takut yang didasari pemahaman tentang betapa dahsyat dan berbahayanya proses ini.
Berikut adalah penjelasan mendetail mengapa Anda harus takut dan menghindarinya:
1. Pengertian Mubahala yang Harus Dipahami
Mubahala berasal dari kata bahla (بَهْلَ) yang berarti kutukan atau laknat. Dalam terminologi Islam, Mubahala adalah sumpah atau doa bersama yang dipanjatkan oleh dua pihak yang berselisih, memohon kepada Allah untuk melaknat dan memberikan azab kepada pihak yang berdusta atau zalim.
Ini adalah "senjata" terakhir dalam menyelesaikan perselisihan akidah atau kebenaran yang sangat fundamental, dimana kedua pihak menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada Allah SWT.
2. Landasan Dalil: Peristiwa Mubahala Nabi Muhammad ﷺ
Konsep Mubahala bukanlah omong kosong. Ia memiliki landasan yang sangat kuat dalam sejarah Islam, yaitu peristiwa ketika Nabi Muhammad ﷺ mengajak para pendeta Nasrani Najran untuk ber-mubahala.
Firman Allah SWT dalam QS. Ali 'Imran ayat 61: فَمَنْ حَاجَّكَ فِيهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ أَبْنَاءَنَا وَأَبْنَاءَكُمْ وَنِسَاءَنَا وَنِسَاءَكُمْ وَأَنْفُسَنَا وَأَنْفُسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَعْنَتَ اللَّهِ عَلَى الْكَاذِبِينَ "Maka barangsiapa yang membantahmu (tentang Isa) setelah engkau memperoleh pengetahuan, maka katakanlah (Muhammad), “Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita ber-mubahala kepada Allah dan kita minta agar laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.”"
Nabi ﷺ datang beserta Sayyidina Ali, Sayyidah Fatimah, Sayyidina Hasan, dan Sayyidina Husain radhiyallahu 'anhum. Melihat keseriusan dan ketulusan Nabi serta keluarganya, para pendeta Nasrani itu menolak untuk ber-mubahala karena mereka tahu jika mereka dusta, mereka akan binasa.
3. Alasan Mengapa Anda HARUS TAKUT:
a. Ini adalah "Perkara Besar" yang Melibatkan Langsung Kekuasaan Allah
Mubahala bukanlah sumpah biasa. Ini adalah permohonan langsung untuk azab dan laknat Allah di dunia. Ini adalah pengakuan bahwa kebenaran mutlak hanya ada di sisi Allah, dan siapa yang berdusta akan menerima konsekuensi yang mengerikan.
b. Risiko Kiamat di Dunia dan Akhirat
Orang yang berani melakukan Mubahala padahal dia dusta, pada hakikatnya sedang "mengundang" azab Allah untuk segera menimpa dirinya, keluarganya, dan keturunannya. Sejarah mencatat bahwa orang-orang yang terlibat dalam sumpah palsu seperti ini seringkali mengalami kehancuran, penyakit, atau musibah yang dahsyat dalam waktu dekat.
c. Menyangkut Nasib Keluarga dan Keturunan
Perhatikan dalam ayat dan praktik Nabi, yang diajak adalah anak-anak dan istri. Ini menunjukkan bahwa dampak Mubahala bukan hanya pada individu, tetapi bisa meluas kepada orang-orang yang paling kita cintai. Seorang yang berani ber-mubahala dengan membawa nama keluarganya, berarti dia yakin seyakin-yakinnya bahwa kebenaran mutlak ada di sisinya.
d. Tanda Kurangnya Iman dan Tawakkal
Jika perselisihan bisa diselesaikan dengan dialog, bukti, atau sumpah biasa, maka menggunakan Mubahala adalah eskalasi yang tidak perlu. Rasulullah ﷺ hanya melakukannya dalam perkara akidah yang sangat prinsipil, bukan untuk perselisihan duniawi biasa.
4. Kapan Mubahala Bisa (dan Tidak Bisa) Dilakukan?
· BISA: Hanya dalam kondisi EKSTRIM, dimana:
1. Persoalannya adalah persoalan aqidah atau kebenaran agama yang fundamental.
2. Semua jalan dialog, debat yang sehat, dan pembuktian ilmiah sudah benar-benar buntu.
3. Keyakinan akan kebenaran yang dimiliki sudah mencapai tingkat yaqin (keyakinan mutlak) yang tidak tergoyahkan.
4. Dilakukan oleh orang-orang yang tingkat spiritual dan ketakwaannya sangat tinggi (seperti Nabi dan Keluarganya).
· TIDAK BOLEH: Untuk perselisihan duniawi, seperti:
· Sengketa warisan atau harta.
· Persaingan bisnis.
· Percekcokan antar individu atau kelompok karena masalah ego.
· Untuk membuktikan gengsi atau kehebatan diri.
Kesimpulan:
Haruskah kamu takut? SANGAT HARUS.Rasa takut inilah yang akan mencegah Anda untuk gegabah dan menggunakan "senjata pamungkas" ini untuk hal-hal yang tidak patut.
Sikap yang Benar:
1. HINDARI sebisa mungkin. Jangan pernah menantang atau menerima tantangan Mubahala untuk hal-hal sepele atau karena emosi.
2. SELESAIKAN perselisihan dengan cara yang lebih baik: dialog, musyawarah, mediasi, atau sumpah biasa di pengadilan.
3. BERTAKWALAH. Jika Anda benar-benar di pihak yang benar, serahkan kepada Allah. Kebenaran pada akhirnya akan terbuktikan dengan sendirinya tanpa harus memaksakan kehendak Allah dengan Mubahala.
4. INGAT selalu kisah Nabi dan pendeta Najran. Rasa takut merekalah yang menyelamatkan mereka dari kehancuran. Menolak Mubahala ketika ragu-ragu adalah tindakan yang bijaksana.
Mubahala adalah cermin dari keyakinan absolut dan ketundukan total kepada keadilan Allah. Oleh karena itu, mendekatinya tanpa keyakinan yang absolut sama dengan mengundang bencana atas diri sendiri.
Posting Komentar